Wednesday, December 26, 2018

MITOS DAN FAKTA TENTANG BEDONG BAYI


Cara tradisional yang banyak dicoba oleh para orangtua, khususnya mereka yang berasal dari daerah-daerah kecil. Tujuannya adalah agar si bayi tidak kedinginan dan merasa nyaman. Terlebih lagi banyak pihak percaya bahwa dengan membedong bayi, Anda telah membuat si anak merasa familiar dengan kondisi saat ia masih berada di dalam kandungan. Karenanya, jangan heran jika kemudian banyak orangtua yang memutuskan untuk membedong anaknya seharian. Namun, amankah dan bagaimana dunia medis menanggapinya?

Ini dia penjelasan medis seputar bedong bayi

Ternyata, selama bedong bayi tidak telalu ketat dan tidak menggunakan kain yang panas, maka membedong bayi sah-sah saja dilakukan. Namun, jika Anda mempraktikkan hal yang sebaliknya, maka bedong bayi dapat menghadirkan beragam malapetaka, seperti:

1. Dislokasi tulang pinggul

Jarang yang mengetahui bahwa bedong bayi yang terlalu ketat ternyata dapat membuat kaput femur pada tulang pinggul keluar dari socketnya. Akibatnya, anak akan tumbuh besar dengan tulang pinggul yang tidak sejajar satu sama lain.

Untuk menghindari hal ini agar tidak terjadi, Anda harus mengingat beberapa poin dalam membedong anak, seperti menghindari bedongan yang terlalu ketat dan lama; juga menghindari kebiasaan untuk membedong kaki anak agar terlampau lurus. Mengapa? Sebab, sejak dalam rahim kaki anak berada dalam posisi bengkok dan menyilang satu sama lain. Nah, jika dipaksakan lurus dengan bedongan, maka hal ini akan memengaruhi sendi-sendinya dan akhinrya meningkatkan risiko rusaknya tulang rawan.

2. Sindrom kematian mendadak pada bayi (Sudden Death Infant Syndrome-SIDS)

SIDS merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada kasus kematian yang terjadi pada anak berusia <1 tahun yang meninggal dengan tiba-tiba, padahal sebelumnya masih terlihat sehat dan baik-baik saja. Para ahli percaya bahwa bedong ternyata dapat meningkatkan risiko bayi Anda mengalami hal serupa, apalagi jika bayi yang sudah dibedong kemudian diposisikan agar telungkup atau menyamping.

SIDS juga bisa terjadi ketika bedong yang dipasang terlampau longgar, karena kain penutup bedong dapat menutupi hidung dan mulut bayi sehingga jalur pernapasannya menjadi terganggu.

3. Demam

Banyak orangtua yang kukuh pada pendiriannya untuk membedong bayi karena alasan tidak ingin si anak tumbuh dengan kaki menyilang, misalnya. Padahal, ketika membedong bayi, Anda harus memperhatikan  kondisi si anak juga. Ya, jika ia terlihat kepanasan atau tampak tidak nyaman, maka jangan paksakan untuk membedongnya. Karena jika terus dipasang, maka dapat memicu peningkatan suhu tubuh anak hingga akhinya ia menderita demam.

Itu tadi sekelumit penjelasan tentang bedong bayi, dan bagaimana dunia medis menanggapinya. Ingat, jika Anda tetap ingin mencoba bedong bayi, maka sangat dianjurkan untuk melihat kondisi si anak terlebih dahulu. Karena hal ini tidak disarankan jika anak sudah mulai terlihat kepanasan atau tidak nyaman, sedang menyusui, sudah bisa berguling, atau sudah tumbuh besar. Semoga bermanfaat!

sumber: go-dok




No comments:

Post a Comment